Masih Takut Jadi Perhatian?
Pinkhan Althania Varaditha
Fakultas Komunikasi dan Bahasa, Program Studi Hubungan Masyarakat, Universitas Bina Sarana Informatika
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan komunikasi dengan orang-orang yang kita ingin tuju. Akan tetapi, perlu kemampuan yang lebih untuk berbicara agar pesan yang ingin kita sampaikan, dapat diterima baik oleh lawan bicara.
Di dunia pekerjaan, kemampuan ini sangat diperlukan. Terlebih lagi jika bekerja di bagian yang sering berhubungan dengan orang-orang penting bagi perusahaannya.
Kemampuan yang dimaksud adalah Public Speaking. Public Speaking merupakan kemampuan berbicara di depan khalayak, bahkan bisa juga disebut keterlampilan yang dimiliki seseorang, untuk menyampaikan pesan, hingga memengaruhi pikiran target bicaranya (audiens/pendengar).
Kegiatan Public Speaking ini telah dilakukan sejak abad SM (Sebelum Masehi). Dahulu di Athena Kuno, para pemuda, sebagai warga negara, diminta untuk memberikan pidato yang efektif. Sehingga, Socrates (469-398 SM), Plato (427-347), dan Aristoteles (384-322 SM) memberikan pengajaran kepada muridnya tentang filsafat dan retorika. Retorika menurut Plato adalah "seni memenangkan jiwa oleh wacana." Maka istilah Public Speaking berawal dari para ahli retorika yang mengartikan sama yaitu “seni (keahlian) berbicara atau berpidato”.
Istilah Public Speaking menurut beberapa para ahli, diantaranya :
- Menurut YS. Gunadi dalam Himpunan Istilah Komunikasi, “Public Speaking adalah sebuah bentuk komunikasi yang dilakukan secara lisan tentang suatu hal atau topik di hadapan banyak orang.”
- Menurut Charles Henry Woolbert, “Public Speaking adalah sebagai ilmu tingkah laku seseorang. Dalam menyusun materi public speaking harus diperhatikan hal-hal berikut : memahami materi, ketahui yang khalayak senangi dan situasi audiens, pilihlah kalimat secara logis dan mudah dimengerti.”
- Menurut Wiliam Noorwood Brigance “Public Speaking adalah sebuah persuasi yang meliputi empat unsur yaitu : Rebut perhatian pendengar, usahakan pendengar dapat mempercayai kemampuan dan karakter yang anda miliki dan kembangkan setiap gagasan materi sesuai dengan persepsi pendengar.”
- Menurut David Zarefsky, “Public Speaking adalah sebuah proses komunikasi berkelanjutan, di mana pesan, simbol (komunikasi) terus berinteraksi, antara pembicara dan para pendengarnya.”
Tujuan dilakukannya Public Speaking tidak hanya sekadar berbicara di depan khalayak, tetapi juga untuk menginformasi apa yang ingin disampaikan, memengaruhi sikap dan pikiran khalayak, sehingga pesan yang telah disampaikan tersebut bisa diikuti bahkan dijadikan teladan bagi khalayak.
Kegiatan-kegiatan yang memerlukan kemampuan ini meliputi pidato, pemaparan, promosi, melobi, presentasi, negosiasi, argumentasi, dan pendadaran.
Bagi yang ingin melakukan Public Speaking atau menjadi Public Speaker, Penulis menyarankan agar kalian melakukan pemanasan terlebih dahulu. Karena menjadi Public Speaker tentulah tidak mudah bagi yang memiliki jam terbang yang pendek, bahkan bagi yang memiliki jam terbang yang panjang pun juga masih membutuhkan pemanasan.
Step by step pemanasan :
1. Latihan Pernapasan
Latihan pernapasan ini lebih baik dilakukan menggunakan pernapasan perut.
2. Vocalizing
Tahap pemanasan ini dilakukan agar penyebutan huruf vokal (A I U E O) terdengar jelas oleh audiens.
3. Senam Wajah
Berikutnya adalah senam wajah. Mengapa harus melakukan senam wajah? Senam muka ini dilakukan agar otot-otot wajah menjadi rileks, dan peredaran darah yang ada di wajah tersebut menjadi lancar.
4. Olah Bibir
Sama seperti vocalizing, olah bibir dilakukan agar penyampaian pesan terdengar jelas oleh audiens. Olah bibir ini juga dilakukan agar bibir kita tidak terasa kaku.
5. Olah Rasa/Emosi
Olah rasa adalah latihan untuk mengolah atau mengatur rasa/emosi agar dapat mendukung suasana pada saat Public Speaking.
Selain pemanasan, kita juga diharuskan menguasai teknik-teknik dasar Public Speaking. Teknik-teknik tersebut terdiri dari :
Start Of Fire. Memulai/membuka pembicaraan di depan khalayak dengan cara menggebrak hingga memecah suasana sekitar.
Build A Bridge. Membangun perantara dengan topik yang menarik, sebelum masuk kepada materi inti. Ini dilakukan agar audiens tidak bosan di awal.
For Instance. Selain melakukan build a bridge, for instance juga dibutuhkan agar penjelasan materinya tidak terdengar bosan. Yaitu dengan cara, memberikan contoh-contoh yang nyata terkait materi yang disampaikan.
So What. Teknik ini merupakan penutupan dari pembicaraan, penutupan tersebut biasanya pemberian kesimpulan, atau memberikan follow up, sehingga pembicaraan yang sudah dibangun sebelumnya dapat berakhir dengan sempurna atau sesuai dengan target Public Speaker.
Sekian pembahasan tentang Public Speaking, Penulis berharap agar Pembaca dapat melatih dan mengasah kemampuan ini, supaya lebih percaya diri lagi dan tidak takut menjadi perhatian saat berbicara di depan khalayak.
Komentar
Posting Komentar