Muhammad Alkaffi Refdila, Jatuh Bangunnya Anak Muda
Berjalan di dunia entrepreneur, memang membuat waktu dan ruang yang kita miliki tidak terbatas untuk pekerjaan yang kita sukai. Dibandingkan menghabiskan waktu untuk belajar yang mengharuskan kita mengikuti ‘aturan main’ sang pengajar bahkan tempat belajar itu sendiri.
Sebagai anak muda, Muhammad Alkaffi Refdila (21), ingin memiliki ruang dan waktu yang tidak terikat atau bisa disebut tidak monoton. Kafi, sapaan akrabnya, hampir memutuskan untuk melepas kuliah, tugas-tugas di tempat usahanya lah yang membuat ia kewalahan di perkuliahannya.
Sebenarnya sejak SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) ia sudah berpenghasilan, karena memang tuntutan sebagai anak kejuruan untuk melakukan magang lalu mendapatkan upah. Tetapi setelah lulus, ia sengaja memberikan gap untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain sengaja, dari keluarga juga meminta untuk ia bekerja, “Karena faktor ekonomi, orang tua menekankan, setelah (lulus) sekolah langsung bekerja, alhamdulillah (dapat) bekerja,” katanya.
Di tahun 2017, setelah bekerja 1 tahun yang lalu, Kafi menjadi mahasiswa perguruan tinggi yang dibawah naungan TNI Angkatan Udara. Sebagai mahasiswa baru, jurusan Teknik Penerbangan, ia tidak begitu aktif di kampusnya. Berbeda dengan mahasiswa pada umumnya, yang mengikuti segala jenis organisasi atau UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa), ia lebih memilih bekerja sebagai tukang ojek online untuk membiayai kebutuhan pendidikan dari semester satu sampai semester dua.
Hampir Putus Kuliah
Memasuki semester 3, kumpulan uang dari hasil menarik ojek online ia gunakan untuk membantu teman-temannya yang ingin bahkan sedang membuka usaha. Niat dan aksi yang ia lakukan ternyata disalahgunakan oleh teman-temannya, ia sempat tertipu karena ulah temannya sendiri. Oleh karena itu ia tidak terlalu mengharapkan timbal balik dari hasil usaha teman-temannya. Tetapi ada beberapa yang memberikan keuntungan baginya, sehingga ia bisa menghidupi beberapa semester di perkuliahannya.
Berhenti menjadi penarik ojek online, ia memulai usaha dengan mencari para vendor yang sevisi. Setelah mendapatkan vendor, ia menjual pelbagai aksesoris handphone, rokok elektrik atau vape, dan biji kopi di beberapa marketplace. Sebelum memulai usaha ini, ia sempat menjadi penjual kopi. ”Jadi pernah punya beberapa toko online, pernah juga dagang kopi di belakang Depok Town Square,” tuturnya dengan diikuti tawa.
Betapa padatnya jadwal ia di luar jadwal mengampus, waktunya dihabiskan untuk menangani berbagai usaha secara daring (online). Hal ini membuat ia kewalahan di bidang pendidikannya, jarang masuk kelas, bahkan mendapat nilai E. Rasanya, Kafi ingin sekali memutuskan pendidikannya yang baru masuk semester tiga.
Bertanya pendapat kepada teman-teman terdekat, apakah lebih baik meneruskan berkuliah atau tidak. Ternyata, teman-temannya mendukung Kafi untuk tetap melanjutkan kuliahnya. Berbeda dengan kedua orang tuanya, yang menyerahkan itu semua kepada dirinya. Mereka membebaskan Kafi untuk mengambil keputusan yang mana itu sesuai dengan kesanggupannya.
Tak Ada Batasan
Kini, ia sudah bisa menyeimbangkan usaha dengan pendidikannya. Usaha baru yang membuat ia bisa bangkit, selain karena teman-temannya yang sangat berharga dan mereka pun peduli, ia juga bisa memiliki waktu untuk mengeksplorasi di dunia entrepreneur yang sesungguhnya.
Kafi bersama teman-temannya, membuat usaha di bidang makanan ringan, yang diberi nama “Yokata Stick”. “Yokata Stick itu stick keju, ada juga stick bawang. Jadi 'kan kita suka lihat saat Lebaran, atau jamuan keluarga, snack yang kita kenal (selama ini) sebagai kue bawang atau kue keju yang tradisional, kita kemas secara modern dan menargetkan untuk anak muda, dimana salah satu keunggulannya ialah mudah dibawa kemana aja. Diharapkan konsumen kami nyaman saat mengonsumsi ketika berpergian, maupun di kantor,” jelas Kafi, tentang produknya.
Yokata Stick diproduksi dari vendor yang merupakan produksi rumahan yang sudah berdiri selama 10 tahun yang dimiliki oleh rekan se-timnya. mereka hanya menangani proses pengemasan dan pemasarannya saja. Oleh karena itu, mereka percaya usaha ini bisa mendobrak pasar tanah air.
Walaupun pendidikan Kafi berasal dari bidang perteknikan, produk ini sudah dipasarkan secara sukses di berbagai tempat dan marketplace online. Ketika sedang membuka stand bazar di acara besar daerah Jakarta Timur, banyak kalangan yang tertarik dan membeli, terutama mahasiswa dan orang-orang kantoran.
Baru saja menjalani usaha di bidang makanannya, Kafi beserta tim memutuskan untuk berhenti sejenak memasarkan Yokata Stick. “Ada cerita unik yang membuat kami sekarang bisa merombak produk ini. Ada beberapa masukan saat kami membuka stand yang membuat kami triggered. Karena masukan-masukan tersebut diluar perkiraan kami,” kata Kafi.
Ketika memilih memberhentikan usahanya sejenak, Kafi bersama tim, sedang membuat proyek di bidang pertanian. “Sekarang sedang mencoba pesawat terbang tanpa awak atau UAV (unman aerial vehicle) untuk membangun pertanian, yang bisa mendukung dari segi pemupukan, perencanaan, bahkan panen sampai distribusi,” jelas Kafi.
Rencananya, awal tahun depan (2020) di Lumajang, ada dua UAV yang belum diketahui namanya ini yang akan diuji.
Komentar
Posting Komentar